Home » Berita » Kunjungi Ma’had Aly Lirboyo, Syekh Awad Jelaskan Cinta Tanah Air dalam Perspektif Turats dan Tasawuf

Kunjungi Ma’had Aly Lirboyo, Syekh Awad Jelaskan Cinta Tanah Air dalam Perspektif Turats dan Tasawuf

A. Zaeini Misbaahuddin Asyuari 02 Jun 2025 257

Ma’had Aly Lirboyo mendapat kehormatan dengan kedatangan tamu istimewa, Syekh Awad Karim Utsman Al-Aqli, seorang ulama terkemuka asal Sudan yang menjabat sebagai Musnid Hadits sekaligus Ketua Bidang Keilmuan di Al-Majma’ Shufi Al-‘Am Sudan.

Kunjungan beliau bertujuan untuk mengisi acara Dauroh Ilmiyah yang mengangkat tema makna cinta tanah air perspektif literatur turats dan kajian tasawuf, yang diikuti oleh para mahasantri pada Sabtu (31/05/2025).

Acara yang berlangsung di Auditorium An-Nawawi ini juga dihadiri oleh Dewan Mudir Ma’had Aly Lirboyo, Dzuriyyah Pondok Pesantren Lirboyo, para dosen Ma’had Aly, serta mahasantri tingkat Marhalah Ula dan Tsaniyah.

Sebelum materi utama disampaikan, mahasantri semester lima Agus Mihyal Manutho Muhammad memaparkan biografi lengkap Syekh Awad Karim Utsman Al-Aqli, mulai dari latar belakang pendidikan, guru-gurunya, karya-karyanya, hingga jabatan-jabatan penting yang diembannya.

Gus Mihyal menjelaskan, “Syekh Awad adalah Mustasyar Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU Sudan), Guru Besar Ilmu Hadits di Masjid Agung Kota Omdurman, Sudan. Serta Dosen di Institut Ma’arij Yordania. Selain itu, beliau juga memimpin bidang keilmuan di Organisasi Imam Al-Asy’ari dan Perkumpulan Sufi (Al-Majma’ Shufi Al-‘Am) Sudan. Syekh Awad dikenal sebagai penghafal Al-Qur’an dengan riwayat Ad-Duri dari Abu ‘Amr, hal ini semakin menegaskan kedalaman ilmunya,” ungkapnya.

Dalam sambutannya, K. M. Aminulloh Mahin, M.Pd., selaku Mudir Ma’had Aly Lirboyo menyampaikan ucapan selamat datang, “Marhaban Ahlan Wa Sahlan Bi Hudurikum,” kepada Syekh Awad Karim Utsman Al-Aqli.

Ia menegaskan bahwa acara Dauroh Ilmiyah ini bukan sekadar pertemuan biasa, melainkan momentum penting untuk memperkaya wawasan keilmuan seluruh mahasantri serta civitas akademika Ma’had Aly Lirboyo. Ia mengajak semua peserta untuk menyimak dengan penuh semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi.

Sebelum memulai pemaparan, Syekh Awad terlebih dahulu mengijazahkan hadits musalsal bil awwaliyah, yang disambut dengan ucapan “qabilna” dari para hadirin sebagai tanda penerimaan ijazah.

Syekh Awad membuka diskusi dengan pertanyaan mendasar: Apakah istilah Hubbul Wathan (cinta tanah air) memiliki argumentasi dalam syariat, ataukah ini merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam ajaran Islam?

Beliau merujuk pada ayat Al-Qur’an yang menegaskan pentingnya menjaga tanah air dan larangan meninggalkannya tanpa alasan yang benar:

وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ لَا تَسْفِكُوْنَ دِمَاءَكُمْ وَلَا تُخْرِجُوْنَ اَنْفُسَكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ

Artinya: “(Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjianmu (agar) kamu tidak menumpahkan darahmu (membunuh orang) dan mengusir dirimu (saudara sebangsamu) dari kampung halamanmu.” (Q.S. Al-Baqarah: 84)

Syekh Awad menegaskan bahwa negara dan tanah air adalah nikmat terbesar dari Allah SWT yang harus disyukuri dan dijaga. Keluar dari negara tanpa alasan yang sah dapat menimbulkan konflik dan peperangan, yang harus dihindari. Dalam hal ini, Syekh Awad mengungkapkan:

الْحُفَّاظُ عَلَى الْوَطَنِ سَبَبٌ مِنْ سَبَبِ الْقِتَالِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ

Artinya: “Menjaga eksistensi tanah air adalah salah satu penyebab berperang di jalan Allah.”

Dari penjelasan tersebut, Guru Besar Ilmu Hadits di Masjid Agung Kota Omdurman Sudan itu menyimpulkan bahwa menjaga dan mencintai tanah air bukan hanya sebuah perasaan belaka, melainkan suatu keharusan yang memiliki dasar syariat kuat.

Giat Dauroh Ilmiah ini disimak dengan penuh antusias oleh para hadirin, sebelum ditutup beberapa mahasantri melontarkan sejumlah pertanyaan penting kepada Syekh Awad perihal cinta tanah air, diantaranya tentang redaksi hadits yang termaktub dalam kitab Fath Al-Bari Syarh Sahih Bukhori dan relevansinya di masa kini.

“Sejarah hidup Nabi Muhammad SAW memberikan contoh nyata tentang cinta tanah air yang mendalam. Nabi SAW melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah karena tekanan dan penganiayaan dari kaum Kafir Quraisy di Makkah. Meskipun harus meninggalkan Makkah, Nabi bersabda: Demi Allah, Makkah adalah kota yang paling aku cintai dari semua negeri. Ini menunjukkan betapa besar cinta Nabi terhadap tanah kelahirannya,” tegasnya, menjawab pertanyaan dari mahasantri.

Makkah bukan hanya sekadar tempat lahir, tetapi juga tempat tumbuh kembang dan pusat spiritual yang sangat dicintai oleh Nabi. Madinah, sebagai tempat tujuan hijrah menjadi rumah kedua yang juga dicintai Nabi, menandakan bahwa cinta tanah air bisa meliputi lebih dari satu wilayah yang menjadi tempat tinggal dan berjuang.

“Setelah hijrah, langkah-langkah yang diambil Nabi di Madinah menunjukkan bagaimana cinta tanah air diwujudkan dalam tindakan nyata. Langkah pertama beliau adalah membangun masjid sebagai pusat ibadah dan sosial, sekaligus mendamaikan penduduk Madinah yang terdiri dari berbagai suku dan kelompok. Nabi juga membuat watsiqah Madinah (Piagam Madinah), yang dikenal sebagai konstitusi pertama di dunia, untuk mengatur kehidupan bernegara dan menjaga persatuan,” jelasnya.

Dalam hal ini Rasulullah SAW menegaskan akan pentingnya ukhuwah (persaudaraan) dan persatuan antar warga negara (muwathinin), yang menjadi fondasi kuat dalam struktur negara. Cinta tanah air bukan hanya sebuah pilihan, melainkan bagian dari fitrah manusia. Imam Al-Jahiz menyatakan:

الْإِنْسَانُ مَجْبُوْلٌ عَلَى حُبِّ الْوَطَنِ

Artinya: “Manusia pada dasarnya diciptakan dengan fitrah mencintai akan tanah kelahirannya.”

“Cinta pada tanah air merupakan naluri yang ditanamkan Allah dalam diri manusia sebagai bagian dari identitas dan rasa memiliki. Oleh karena itu, menjaga keutuhan negara dan persatuan bangsa adalah kewajiban yang harus dijaga oleh setiap warga negara,” pungkasnya.

Acara diakhiri dengan doa penutup yang dipimpin oleh Syekh Awad Karim Utsman Al-Aqli, dilanjutkan dengan penyerahan cendera mata dari Ma’had Aly Lirboyo dan sesi foto bersama sebagai kenang-kenangan atas kunjungan istimewa ini.

Penyerahan cendera mata oleh Mudir dan Dzuriyah Ma’had Aly Lirboyo (Foto: Media Ma’had Aly Lirboyo)

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Postingan Terkait
Mahasantri Ikuti Workshop Jurnalistik Tentang Pesantren dan Dunia Kreatif

Raden Muhammad Rifqi

13 Jun 2025

M3HM menggelar workshop jurnalistik dengan tema Pesantren dan Dunia Kreatif

Tingkatkan Penulisan Berbasis Turats, Ma’had Aly Lirboyo Adakan Dauroh Ta’lif Al-Kutub

Raden Muhammad Rifqi

10 Jun 2025

Ma’had Aly Lirboyo Adakan Dauroh Ta’lif Al-Kutub guna mengembangkan literasi mahasantri berbasis turats

Mahasantri Semester Satu Mengkaji Etika Review Food Vloger dan Dampaknya pada Bisnis Kuliner

Raden Muhammad Rifqi

26 Mei 2025

Mahasantri Ma’had Aly Lirboyo kaji soal review jujur dan ulasan food vlogger yang dinilai merugikan bisnis dalam Bahtsul Masail

160 Mahasantri Marhalah Tsaniyah Ikuti OSPEM Siap Menapaki Studi Lanjutan di Ma’had Aly Lirboyo

Syauqi Multazam

26 Mei 2025

Ma’had Aly Lirboyo mengadakan Orientasi Studi dan Pengenalan Ma’had (OSPEM) bagi mahasantri Marhalah Tsaniyah

Mahasantri Ikuti Temu Wicara Eksklusif Bersama Prof. Dr. Mariam Ait Ahmed

Syauqi Multazam

18 Mei 2025

Mahasantri Marhalah Ula mengadakan temu wicara eksklusif bersama Prof. Dr. Mariam Ait Ahmed dari Maroko

Perkuat Karya Tulis Ilmiah dan Publikasi Jurnal: Ma’had Aly Lirboyo Jalin Kerjasama Dengan Universitas Ibn Tofail dan Markaz Inma Maroko

A. Zaeini Misbaahuddin Asyuari

17 Mei 2025

Ma’had Aly Lirboyo teken MoU dengan Universitas Ibn Tofail serta Markaz Inma Lil Al Abhats Wa Ad-Dirosah Al-Mustaqbaliyah Maroko