
Jelang HUT RI Ke-80 LBM Pondok Lirboyo Adakan Seminar Kebangsaan, Kupas Spirit Medan Juang Santri dan Cinta Tanah Air dalam Kitab Fath Al-Maidan
Menjelang perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, Lajnah Bahtsul Masail Pondok Pesantren Lirboyo (LBM P2L) Kediri, Jawa Timur, mengadakan acara Seminar Kebangsaan dan Bedah Kitab pada Kamis malam Jum’at, 14 Agustus 2025.
Bertempat di Auditorium LBM Pondok Pesantren Lirboyo (LBM P2L), acara ini mengangkat karya KH. M. Said Ridlwan, yaitu kitab berjudul Fath Al-Maidan Fi Syarh Ad-Difa’ An Al-Wathan atau “Membuka Medan Juang: Syarh Ad-Difa’ An Al-Wathan”.
Seminar dan bedah kitab ini dihadiri oleh jajaran Dewan Rois, Dewan Harian Lajnah Bahtsul Masail, serta panitia pelaksana. Antusiasme peserta terlihat dari hampir seribuan lebih santri maupun mahasantri Pondok Pesantren Lirboyo yang memadati aula hingga ke teras depan.
Mengupas Kitab dan Sosok Pengarang
Acara bedah kitab ini dimoderatori oleh Bpk. Kholilurrohman, dengan dua pembicara utama: Yakni, Bpk. Ihsanuddin Ihsaq selaku anggota Dewan Rois Lajnah Bahtsul Masail dan Bpk. Habiburrohman Syafi’i, sebagai Dewan Perumus Lajnah Bahtsul Masail Pondok Pesantren Lirboyo.
Dalam sesi tersebut, moderator mengawali dengan menceritakan sekilas biografi singkat KH. M. Said Ridlwan, yang lahir di Kediri pada 21 Juni 1981. Beliau merupakan putra bungsu dari pasangan KH. Ridlwan Abdul Rozaq dan Nyai Hj. Ruqoyyah.
Orang tua beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Huffadz, Kodran, Semen, Kediri, dan merupakan keturunan generasi ketiga pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, KH. Abdul Karim dan Nyai Dlomroh.
Beliau juga dikenal sebagai perumus aktif Lajnah Bahtsul Masail Pondok Pesantren Lirboyo hingga saat ini, serta menjadi perumus Forum Musyawarah Pondok Pesantren (FMPP) Se-Jawa dan Madura.
Pembicara pertama, Bpk. Ihsanuddin Ihsaq, menyampaikan bahwa KH. M. Said Ridlwan mendapat julukan “Mbah Manab (Abdul Karim) Shoghir” dari Almaghfurlah KH. A. Idris Marzuqi, sebuah pengakuan luar biasa atas keilmuan dan kealimannya.
Menurut beliau, KH. M. Said Ridlwan adalah sosok yang sangat aktif dalam dunia Bahtsul Masail sejak masih menjadi santri Lirboyo. Ia juga pernah menempuh pendidikan di Rubath Tarim Hadramaut, Yaman sebelum akhirnya kembali mengabdikan ilmunya di Pondok Pesantren Lirboyo, menyebarkan dakwah, dan menanamkan semangat menuntut ilmu kepada para santri.
Latar Belakang dan Tujuan Penulisan Kitab
Dalam sesi pemaparan, dijelaskan bahwa cikal bakal penulisan kitab Ad-Difa’ An Al-Wathan ialah berawal dari Multaqo Sufi Al-Alami pada tahun 2019 di Pekalongan, sementara itu kitab Fath Al-Maidan bermula dari Forum Multaqo Sufi Al-Alami pada tahun 2024, yang juga digelar di Pekalongan. Pertemuan para ulama sufi internasional inilah yang menjadi inspirasi awal penulisan kedua kitab tersebut.
Pembicara kedua, Bpk. Habiburrohman Syafi’i, mengupas latar belakang kitab tersebut. Ia menyampaikan bahwa kitab ini lahir dari harapan besar dan keresahan KH. M. Said Ridlwan terhadap peran santri. Beliau menekankan bahwa santri harus menjadi sosok visioner yang tidak hanya berpikir idealis, tetapi juga mau terjun ke lapangan untuk memahami kondisi Indonesia.
Kitab ini bertujuan agar para santri memahami pentingnya wawasan kenegaraan, serta kewajiban besar untuk memahami cara memajukan negara dan menumbuhkan rasa cinta tanah air yang kuat pada masyarakat.
“Untuk mewujudkan Indonesia Emas, Indonesia makmur, anti-nepotisme, dan anti-korupsi, dibutuhkan orang-orang yang memiliki pemikiran dan kepribadian positif serta betul-betul taat terhadap agama. Inilah yang melatarbelakangi kitab ini,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa kitab ini memiliki misi mulia untuk mempersatukan masyarakat agar lebih peduli terhadap negara dan bersama-sama melawan korupsi. Kitab ini juga menjawab pertanyaan mengenai hukum mencintai tanah air (hubbul wathon) yang selama ini dianggap tidak memiliki dalil dalam Islam.
Kupasan Singkat Isi Kitab
Pembicara kedua, Bpk. Habiburrohman Syafi’i, juga memaparkan secara singkat isi kitab Fath Al-Maidan Fi Syarh Ad-Difa’ An Al-Wathan. Kitab ini mengupas hal-hal esensial yang bersifat mendesak demi kebangkitan negara, serta menjelaskan prinsip-prinsip dasar kemajuan suatu negara. Kitab ini menggunakan dua metode:
- Seperempat bagian awal membahas keniscayaan negara (daruriyah asy-syar’i dan fitri).
- Seperempat bagian kedua hingga akhir mengulas cara mengembangkan, membela, dan bernegara.
Pada sepertiga bagian akhir, kitab ini secara khusus menjelaskan cara membela negara dengan spirit produktif, mengembangkan keilmuan, dan menumbuhkan kepedulian terhadap sesama warga. Selain itu, ditekankan pentingnya manajemen keamanan yang maksimal guna mencegah kerusakan atau mafsadah.
Acara seminar kebangsaan dan bedah kitab ini berlangsung dengan lancar dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Santri Mengaji.
Editor: A. Zaeini Misbaahuddin Asyuari
Pewarta: Raden Muhammad Rifqi
(Mahasantri Semester I Marhalah Ula Ma’had Aly Lirboyo)
Raden Muhammad Rifqi
17 Agu 2025
Mahasantri Ma’had Aly Lirboyo turut serta dalam peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia
M. Jihad Al-Khoiri
08 Agu 2025
Kehadiran para mahasantri Ma’had Aly Lirboyo membawa warna baru dalam syiar Islam di tingkat akar rumput
A. Zaeini Misbaahuddin Asyuari
28 Jun 2025
Mahasantri Ma’had Aly Lirboyo mengikuti Dauroh Ilmiyah kajian ilmu hadits bersama muhadits terkemuka Syekh Awwamah
Raden Muhammad Rifqi
13 Jun 2025
M3HM menggelar workshop jurnalistik dengan tema Pesantren dan Dunia Kreatif
Raden Muhammad Rifqi
10 Jun 2025
Ma’had Aly Lirboyo Adakan Dauroh Ta’lif Al-Kutub guna mengembangkan literasi mahasantri berbasis turats
A. Zaeini Misbaahuddin Asyuari
02 Jun 2025
Syekh Awad ulama terkemuka asal Sudan sampaikan makna cinta tanah air perspektif turats dan tasawuf dalam Dauroh Ilmiyah
03 Sep 2025 9 views
Ibarat dan Referensi Hasil Bahtsul Masail tentang Feodalisme Pesantren
28 Agu 2025 75 views
Syekh Muhyiddin Awwamah membahas Hadis Hasan: definisi, macam, dan kedudukannya
27 Agu 2025 113 views
Dalam dauroh itu, beliau menekankan pembahasan tentang status hadis dan hukum mengamalkan hadis dha’if

Comments are not available at the moment.