Home » Artikel » Artikel Mahasantri » Cinta Tanah Air Ada Dalilnya, Begini Penjelasan Ulama Sudan

Cinta Tanah Air Ada Dalilnya, Begini Penjelasan Ulama Sudan

Redaktur 10 Jun 2025 162

Ma’had Aly Lirboyo kedatangan Syekh Awad Karim Utsman Al-Aqli, seorang ulama terkemuka dari Sudan. Beliau dikenal sebagai Musnid Hadits dan juga menjabat sebagai Ketua Bidang Keilmuan di Al-Majma’ Shufi Al-‘Am Sudan.

Kunjungan Syekh Awad bertujuan untuk mengisi Dauroh Ilmiah yang mengangkat tema krusial: “Cinta Tanah Air dalam Perspektif Literatur Turats dan Kajian Tasawuf.” Berikut adalah rangkuman dari poin-poin utama yang disampaikan oleh Syekh Awad:

Landasan Syariat tentang Cinta Tanah Air

Syekh Awad Karim Utsman Al-Aqli memulai kajiannya dengan membahas pertanyaan mendasar: Apakah cinta tanah air memiliki dasar dalam syariat Islam, ataukah ini hanya gagasan baru? Beliau menegaskan bahwa dalil-dalil kuat dari Al-Qur’an dan Hadits menunjukkan pentingnya mencintai tanah air.

1. Dalil dari Al-Qur’an

Pertama, pengusiran sebagai musibah besar. Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 84:

وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ لَا تَسْفِكُوْنَ دِمَاءَكُمْ وَلَا تُخْرِجُوْنَ اَنْفُسَكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ ثُمَّ اَقْرَرْتُمْ وَاَنْتُمْ تَشْهَدُوْنَ

Artinya: “(Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjianmu (agar) kamu tidak menumpahkan darahmu (membunuh orang) dan mengusir dirimu (saudara sebangsamu) dari kampung halamanmu. Kemudian, kamu berikrar dan bersaksi.”

Dalam ayat di atas, Allah menyamakan tindakan pengusiran dari tanah air dengan peperangan, keduanya dikategorikan sebagai musibah besar. Dari sini, dapat dipahami bahwa kemampuan untuk menetap di tanah air adalah nikmat agung dari Allah.

Kedua, membunuh diri sendiri dan pengusiran. Allah SWT. juga berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 85:

ثُمَّ اَنْتُمْ هٰٓؤُلَاءِ تَقْتُلُوْنَ اَنْفُسَكُمْ وَتُخْرِجُوْنَ فَرِيْقًا مِّنْكُمْ مِّنْ دِيَارِهِمْ

Artinya: “Kemudian, kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (sesamamu) dan mengusir segolongan darimu dari kampung halamannya.”

Ayat ini menggambarkan bahwa membunuh sesama manusia diibaratkan membunuh diri sendiri, yang merupakan musibah besar. Demikian pula, pengusiran dari tanah air juga dianggap sebagai musibah yang tidak kalah besar.

Ketiga, membela tanah air termasuk Fi Sabilillah. Hal ini tertuang dalam kisah Bani Israil yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 246:

قَالُوْا وَمَا لَنَآ اَلَّا نُقَاتِلَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَقَدْ اُخْرِجْنَا مِنَّ دِيَارِنَا وَاَبْنَاىٕنَا

Artinya: “Mereka menjawab, Mengapa kami tidak akan berperang di jalan Allah, sedangkan sungguh kami telah diusir dari kampung halaman kami dan (dipisahkan dari) anak-anak kami?.”

Ayat tersebut menunjukkan bahwa pengusiran dari tanah air dapat menjadi sebab seseorang berperang di jalan Allah (fi sabilillah). Ini mengisyaratkan bahwa membela tanah air mendapat dukungan, bahkan tuntutan, dari syariat Islam.

2. Dalil dari Hadits

Syekh Awad juga menuturkan beberapa hadits yang memperkuat pentingnya cinta tanah air:

Pertama, kecintaan Nabi Muhammad SAW pada Makkah:

قال ابن عباس: لما خرج النبي صلى الله عليه وسلم من مكة واختفى بالغار ثم خرج مهاجراً إلى المدينة، التفت إلى مكة ثم قال: إنك لأحب البلاد إلى الله، وأحب البلاد إليَّ، ولولا أنَّ قومك أخرجوني منك ما خرجت، ولولا أنَّ قومك أخرجوني منك ما خرجت

Artinya: “Imam Ibn Abbas meriwayatkan, ketika Nabi Muhammad SAW keluar dari Makkah dan bersembunyi di gua, kemudian berhijrah ke Madinah, beliau menoleh ke Makkah lalu bersabda: Sesungguhnya engkau (wahai Makkah) adalah negeri yang paling dicintai oleh Allah, dan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaummu tidak mengusirku darimu, niscaya aku tidak akan keluar meninggalkanmu. Seandainya kaummu tidak mengusirku darimu, niscaya aku tidak akan keluar meninggalkanmu.” (Muhammad Ali As-Sabuni, Safwah At-Tafasir [Kairo: Dar As-Sabuni], vol. 3, h. 193)

Keterangan ini dengan jelas menunjukkan kecintaan mendalam Nabi Muhammad SAW terhadap tanah kelahirannya, yaitu Makkah.

Kedua, Doa Nabi SAW untuk Ditempatkan di Negeri Tercinta:

Diriwayatkan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW keluar dari Makkah, beliau berdoa kepada Allah:

أن النبي صلى الله عليه وسلم، لما أخرج من مكة، دعا ربه عز اسمه فقال: أي رب، إنك قد أخرجتني من أحب البلاد إلي، فاسكني أحب البلاد إليك فأسكنه يثرب

Artinya: “Bahwasanya Nabi Muhammad SAW, ketika keluar dari kota Makkah, beliau memanjatkan doa lalu berkata: Duhai Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah mengeluarkanku dari negeri yang paling aku cintai, maka tempatkanlah aku di negeri yang paling Engkau cintai. Lalu Allah menempatkan Nabi di Yatsrib (Madinah).” (Muhammad bin Muhammad bin Hibbatulah Al-Alawi, Al-Majmu’ Al-Lafif, [Beirut: Dar Al-Ghurbi Al-Islami], h. 267)

Doa ini semakin mempertegas bahwa kecintaan Nabi SAW terhadap Makkah berakar pada statusnya sebagai tanah kelahiran dan tanah air beliau.

Ketiga, Kerinduan Nabi SAW pada Madinah:

Nabi Muhammad SAW selalu menunjukkan kerinduan pada Madinah, tanah airnya setelah Makkah setiap kali kembali dari peperangan. Beliau bahkan berdoa untuk para sahabat yang merindukan Makkah agar mencintai Madinah:

اللهم حبب إليهم المدينة كحبهم لمكة وأكثر

Artinya: “Ya Allah, tanamkanlah kecintaan pada mereka terhadap Madinah sebagaimana kecintaan mereka terhadap Makkah, bahkan lebih.”

Teladan Nabi dalam Membangun Tanah Air Sebagai Wujud Cinta yang Nyata

Syekh Awad juga menjelaskan bahwa cinta tanah air bukanlah sekadar perasaan, melainkan harus diwujudkan melalui tindakan nyata dalam membangun dan memajukan negeri. Nabi Muhammad SAW merupakan teladan terbaik dalam hal ini.

1. Membangun Persatuan dan Kedamaian

Elemen fundamental dari suatu negara adalah penduduknya. Dalam Surah Al-Quraisy, Allah SWT. mengutarakan nikmat terbesar bagi kaum Quraisy adalah adanya ikatan persatuan dan ketiadaan perpecahan di antara mereka.

Ayat ini menjelaskan bersatunya kaum Quraisy dalam perjalanan rutin perdagangan mereka, yang dirintis oleh Sayyid Hasyim untuk memberantas kelaparan. Ini menunjukkan bahwa Allah menganugerahi mereka dengan nikmat persatuan, keamanan dari kelaparan, dan keselamatan dari ketakutan. Negara yang memiliki anugerah-anugerah ini layak disebut negara damai. Ayat ini senada dengan sebuah hadits:

مَنْ بَاتَ آمِنًا فِي سِرْبِهِ مُعَافًى فِي بَدَنِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيرِهَا

Artinya: “Barang siapa yang bangun pagi dengan tenang di tempat tinggalnya, sehat tubuh badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dunia dan isinya telah dikumpulkan untuknya.”

Ini menegaskan bahwa mampu menetap di tanah air dengan aman, memiliki tubuh sehat, dan terpenuhi kebutuhan sehari-hari adalah kenikmatan terbesar di dunia.

Langkah pertama Nabi Muhammad SAW saat hijrah ke Madinah adalah membentuk ikatan persatuan dan kedamaian. Beliau membangun masjid, meleraikan perselisihan antara kaum Aus dan Khazraj, dan yang terpenting, beliau menyusun Konstitusi Madinah. Konstitusi ini adalah perjanjian yang mengatur hubungan antarkelompok masyarakat multiagama dan multietnis, menjadikannya konstitusi kenegaraan pertama dalam sejarah manusia yang berlandaskan komunikasi dan perdamaian.

2. Mengembangkan Perekonomian

Selain perdamaian, Nabi juga fokus pada aspek perekonomian. Awalnya, perekonomian Madinah didominasi kaum Yahudi. Nabi Muhammad SAW kemudian berinisiatif membangun pasar yang menjadi pusat pertukaran komoditas dari berbagai belahan bumi, menarik pedagang dari Syam. Perlahan-lahan, umat Muslim berhasil menguasai ekonomi Madinah. Upaya memajukan negara agar bermanfaat bagi penduduknya ini didukung oleh anjuran Nabi SAW:

إِنْ قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَلْيَغْرِسْهَا

Artinya: “Jika kiamat tiba dan di tangan salah satu dari kalian ada bibit pohon kurma, maka tanamlah.”

Hadits tersebut menunjukkan dorongan kuat untuk menjaga hal-hal yang bermanfaat bagi sesama penduduk, bahkan dalam situasi yang sangat genting. Menghilangkan penderitaan adalah cabang dari iman, yang berarti setiap hal yang menyakiti Muslim wajib dihilangkan. Oleh karena itu, perencanaan pembangunan negara yang membawa kemaslahatan dan menghilangkan penderitaan manusia termasuk dalam kategori imathah al-adza atau menyingkirkan gangguan.

3. Memajukan Pendidikan

Nabi juga membangun kemajuan negara melalui pendidikan, saat mengurus tawanan Perang Badar misalnya beliau menyuruh mereka yang tidak mampu membayar tebusan untuk menggantinya dengan mengajarkan ilmu membaca dan menulis kepada anak-anak muda Muslim. Ini adalah bentuk perhatian Nabi terhadap pendidikan, karena ia merupakan pondasi terbesar dalam kemajuan tanah air.

Kesimpulan

Disamping paparan yang telah disebutkan, Syekh Awad juga turut mengutip sejumlah pandangan ulama terkemuka seperti Imam Al-Jahizh, Ibn Qutaibah, dan Ibn Khaldun mengenai cinta tanah air. Kesimpulannya dari berbagai dalil Al-Qur’an, Hadits, maupun keterangan ulama di atas adalah bahwa mencintai tanah air merupakan tuntutan dan anjuran dari syariat. Beliau menekankan bahwa tuntutan ini bersifat mutlak, mencakup sunah dan wajib.

Cinta, sebagai karakteristik jibilli atau gharizi (naluriah), perlu diperantarai oleh sebuah pemahaman. Cinta dapat bertambah atau berkurang kadarnya tergantung seberapa besar pengetahuan seseorang terhadap sisi mulia dari hal yang dicintainya. Oleh karena itu, penting bagi setiap warga negara untuk memahami betul akan nilai dan urgensi suatu negara agar dapat mencintainya dengan sepenuh hati.


Editor: A. Zaeini Misbaahuddin Asyuari

Penulis: M. Gandes Ibrahim

(Mahasantri Marhalah Ula Semester 8)

mahadalylirboyo.ac.id

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Postingan Terkait
الجوهر الغالي في اختصار الدورة العلمية مع الشيخ عوض الكريم عثمان العقلي

Redaktur

11 Jun 2025

الشيخ عوض الكريم عثمان العقلي أمين الأمانة العلمية بالمجمع الصوفي السودان يوضح حول حب الوطن من منظور كتب التراث

Dzulhijjah: Bulan Yang Penuh Dengan Keutamaan dan Nilai Humanisme

Fuad Amin

03 Jun 2025

Dzulhijjah tidak hanya bulan ibadah, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan seperti kepedulian sosial, kesetaraan, dan solidaritas antar sesama

HARI BUMI 2025: OUR POWER, OUR PLANET

Ma'had Aly Lirboyo

23 Apr 2025

Energi Kita, Planet Kita, menyerukan energi terbarukan dan mendorong peningkatan pembangkitan listrik ramah lingkungan

Menumbuhkan Sikap Nasionalisme Melalui Pemahaman Sejarah

Ma'had Aly Lirboyo

17 Mar 2025

Sebagai warga negara, perlu kiranya untuk melihat bagaimana para leluhur memperjuangkan bangsa. Ini penjelasannya melalui pendekatan sejarah

Keindahan Perilaku: Modal Utama dalam Membangun Hubungan Sosial

Ma'had Aly Lirboyo

17 Mar 2025

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri. Berikut ini modal utama dalam membangun interaksi sosial

Telaah Pemahaman Jihad dan Konsep Amar Ma’ruf Nahi Munkar serta Implementasinya di Indonesia

Ma'had Aly Lirboyo

17 Mar 2025

Banyak orang yang mengatasnamakan jihad dan amar ma’ruf nahi munkar. Begini pemahaman dan implementasinya di Indonesia