
Daurah Ilmiah Ilmu Hadis Aswaja Bersama Syekh Dr. Muhyiddin Awwamah (9): Memahami Hadis Hasan: Definisi, Macam, dan Kedudukannya
Di sesi kesembilan Daurah Ilmiah Ilmu Hadis Aswaja, Syekh Dr. Muhyiddin Awwamah kembali mengupas khazanah ilmu hadis secara mendalam. Kali ini, beliau menitikberatkan pembahasan pada topik seputar Hadis Hasan, mencakup definisi, ragam, serta kedudukannya.
Memahami Hadis Hasan: Definisi, Macam, dan Kedudukannya
Definisi Hadis Hasan
Hadis hasan adalah hadis yang sanadnya muttasil (bersambung) dan diriwayatkan oleh perawi yang adil serta memiliki kemampuan hafalan (dhabith) yang baik, namun tingkat dhabith-nya berada di bawah perawi hadis shahih. Selain itu, hadis hasan tidak boleh mengandung syadz (kejanggalan) atau ‘illat (cacat tersembunyi) yang dapat merusak validitasnya.
Secara prinsip, hadis hasan memiliki kesamaan syarat dengan hadis shahih. Perbedaannya hanya terletak pada kadar kekuatan hafalan perawi. Dengan kata lain, hadis hasan menempati posisi di bawah hadis shahih dalam hal kekuatan sanad, namun tetap termasuk dalam kategori hadis yang diterima (maqbul).
Macam-Macam Hadis Hasan
Para ulama membagi hadis hasan menjadi dua bentuk utama:
Pertama, hasan li dzatihi: Hadis yang pada asalnya memenuhi kriteria sebagai hadis hasan tanpa bantuan riwayat lain.
Kedua, hasan li ghairihi: Hadis yang asalnya dha’if, namun kelemahannya tidak sampai pada taraf parah (dha’if syadid). Ketika hadis tersebut didukung oleh riwayat lain, baik berupa mutabi’ (perawi yang meriwayatkan dari guru yang sama) atau syahid (riwayat dari jalur lain), maka kedudukannya naik menjadi hasan li ghayrihi.
Kedudukan Hadis Hasan dalam Hukum
Menurut para ahli hadis dan fuqaha, hadis hasan memiliki kedudukan yang sama dengan hadis shahih dalam hal bisa dijadikan hujjah dan diamalkan. Hanya saja, hadis hasan berada satu tingkat di bawah hadis shahih dalam hal kekuatan.
Kaidah Penting
Terkadang, sebuah hadis disebut shahih al-isnad atau hasan al-isnad karena sanadnya dinilai kuat. Namun, hal itu tidak otomatis menjadikan hadis tersebut shahih atau hasan secara mutlak. Sebab, bisa jadi matannya mengandung syadz atau ‘illat yang tersembunyi.
Oleh karena itu, jika seorang muhaddis mengatakan هذا حديث صحيح الإسناد (hadis ini shahih sanadnya) atau هذا حديث حسن الإسناد (hadis ini hasan sanadnya), maka belum tentu hadis tersebut benar-benar shahih atau hasan secara keseluruhan.
Namun, bila seorang muhaddis menyebutkan هذا حديث صحيح (ini hadis shahih)
atau هذا حديث حسن tanpa tambahan kata al-isnad, maka hal itu menunjukkan bahwa hadis tersebut shahih atau hasan baik dari sisi sanad maupun matan.
Faidah: Istilah Hasan Shahih dalam Sunan at-Tirmidzi
Imam At-Tirmidzi sering menggunakan istilah yang berbeda dengan mayoritas muhaddisin, yaitu menyebut hadis dengan ungkapan hasan shahih. Hal ini menimbulkan perbincangan karena secara umum hasan dan shahih adalah dua tingkatan yang berbeda.
Setidaknya, terdapat dua penjelasan mengenai maksud Imam At-Tirmidzi tersebut:
Pertama, sanad berbilang jalur: Sebagian jalurnya berkualitas hasan, sementara yang lain shahih. Maka ketika beliau menyebut “hasan shahih”, seakan-akan ada huruf wawu athaf yang dihilangkan, sehingga maksudnya: hasan dan shahih.
Kedua, perawi masih diperselisihkan: Dalam sebagian kasus, perawi hadis masih menjadi bahan kajian ulama, apakah riwayatnya mencapai derajat shahih atau hanya hasan. Karena itu, Imam At-Tirmidzi menggunakan istilah gabungan untuk menunjukkan adanya perbedaan pandangan.
Dari sini, klaim “shahih” saja lebih kuat dibanding klaim “hasan shahih”, karena penyebutan tunggal menandakan kesepakatan ulama dalam menilainya.
Laqab Hadis Maqbul
Selain istilah shahih dan hasan, para ulama juga mengenalkan beberapa laqab (sebutan) lain bagi hadis maqbul (diterima), yaitu:
- Jayyid: hadis yang lebih tinggi dari hasan li dzatihi, namun masih diragukan apakah sudah mencapai derajat shahih atau belum.
- Qawi: sama dengan jayyid.
- Mujawwad: hadis yang setara dengan jayyid, dengan batas minimal hasan.
- Shalih: terbagi dua menjadi dua yaitu:
Shalih lil Ihtijaj: dapat dijadikan hujjah, mencakup hadis shahih dan hasan.
Shalih lil I’tibar: bisa digunakan sebagai penguat, termasuk hadis dha’if ringan. Yang dimaksud di sini adalah shalih lil ihtijaj.
- Tsabit: mencakup hadis shahih, hasan, serta tingkatan di antaranya seperti qawi, jayyid, shalih, dan hasan li ghayrihi.
- Ma’ruf
- Mahfudz
- Shahih
- Hasan
- Musyabbah
Kesimpulan
Hadis hasan merupakan hadis yang bisa dijadikan argumentasi (hujjah) dan diamalkan, meskipun kedudukannya berada satu tingkat di bawah hadis shahih. Sikap kehati-hatian para ulama dalam menilai dan mengkategorikan hadis, termasuk adanya perbedaan istilah di kalangan muhaddisin seperti dalam karya Imam At-Tirmidzi, semakin menegaskan betapa telitinya mereka dalam menjaga kemurnian riwayat Nabi SAW.
Editor: A. Zaeini Misbaahuddin Asyuari
Penulis: Ahmad Hilmy Abyan
(Mahasantri Semester III Marhalah Ula Ma’had Aly Lirboyo)
Redaktur
15 Okt 2025
Berikut ini resume kajian fikih dan ushul fikih dalam Kuliah Takhassus Marhalah Ula Ma’had Aly Lirboyo
Redaktur
08 Okt 2025
Pada kesempatan kali ini, Syekh Awwamah menguraikan ragam hadis beserta hukum, syarat, dan metodenya
Redaktur
26 Sep 2025
Syekh Awwamah dalam Dauroh ini membahas Hadis Dhaif hingga Maudhu’ secara detail
Raden Muhammad Rifqi
20 Sep 2025
Kumpulan kisah Inspiratif dari Muslimah-Muslimah Hebat
A. Zaeini Misbaahuddin Asyuari
15 Sep 2025
Buku ini membahas keimanan orang tua Nabi Muhammad SAW dan menumbuhkan kecintaan kepada beliau
Raden Muhammad Rifqi
11 Sep 2025
Buku ini mampu membangkitkan rindu dan meneteskan air mata saat menyelami perjalanan hidup Rasulullah
15 Okt 2025 95 views
Empat mahasantri Ma’had Aly mengikuti ajang International Young Future Leaders Summit (iFUTURE) 2025 di Kuala Lumpur
15 Okt 2025 56 views
Berikut ini resume kajian fikih dan ushul fikih dalam Kuliah Takhassus Marhalah Ula Ma’had Aly Lirboyo
08 Okt 2025 164 views
Artikel ini membahas tentang urgensi bermazhab bagi umat Islam
Comments are not available at the moment.