
Gus Yahya Sampaikan Tarbiyah Ruhaniyah Sebagai Kunci Kader Peradaban Ma’had Aly
Ma’had Aly Lirboyo menyelenggarakan Kuliah Umum dengan tema “Peran Ma’had Aly dalam Membangun Peradaban Islam dan Kebangsaan Indonesia.” Kegiatan akademik ini menghadirkan Dr. (H.C.) KH. Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa dengan sebutan Gus Yahya selaku Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), sebagai pembicara utama.
Mahasantri jenjang Marhalah Ula dan Marhalah Tsaniyah, bersama para Dosen dan Dewan Mudir Ma’had Aly, turut serta dalam acara yang berlangsung khidmat ini.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Yahya menyoroti secara mendalam pentingnya Tarbiyah Ruhaniyah (pendidikan rohani) sebagai elemen krusial dalam pendidikan pesantren.
Menurutnya, tarbiyah ruhaniyah merupakan inti dan fondasi kekuatan pesantren, melampaui sekadar pengajaran akademik atau intelektual semata. Beliau menegaskan bahwa elemen ini sangat menentukan kuat tidaknya hubungan personal antara seorang pengasuh (kiai) dengan santri.
Sayangnya, Gus Yahya mencatat bahwa belakangan ini pesantren kurang memberikan perhatian pada elemen tarbiyah ruhaniyah karena terlalu larut dalam penyesuaian sistem pendidikan yang dominan di luar pesantren, yang seringkali disebut sebagai pendidikan umum. Padahal, elemen batiniah ini sama pentingnya dengan elemen akademik, bahkan mampu mempermudah perkembangan kognitif seorang santri.
Tradisi pesantren, jelas Gus Yahya, sangat menekankan hubungan rohani yang personal antara kiai dan santri, di mana kiai berfungsi sebagai murabbi ruh (pengasuh ruh). Tarbiyah Ruhaniyah inilah yang mewariskan kekuatan rohani kepada santri, membuat mereka tangguh dan mampu memberi pengaruh lebih besar.
Gus Yahya mencontohkan kisah-kisah historis seperti Kiai Maimun Zubair yang meminum ludah para kiai atau Kiai Bisri Mustofa yang diusir saat mau mengaji, yang dimaknai sebagai bentuk Tarbiyah Ruhaniyah. Efektivitas Tarbiyah Ruhaniyah ini, sambung Gus Yahya, sangat bergantung pada kapasitas rohaniah kiai itu sendiri.
Menjawab relevansinya di era modern, Gus Yahya mengungkapkan pertanyaan penting tentang bagaimana Tarbiyah Ruhaniyah dapat diterapkan di lingkungan pendidikan formal yang memiliki pemahaman berbeda tentang hubungan guru-murid.
“Tarbiyah Ruhaniyah adalah transmisi kekuatan spiritual yang cara pengajarannya harus diawali dengan kesiapan dari tenaga pengajar,” ujarnya di Aula Al-Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri pada Rabu (23/7/2025).
Gus Yahya juga mengamati bahwa saat ini sangat jarang pesantren yang merawat tradisi ijazah sanad keilmuan. Sanad seringkali disampaikan secara cepat tanpa mendalami isi dan menelusuri dari mana ia diriwayatkan. Hal ini, menurutnya, menyebabkan ikatan ruhaniyah antara kiai dan santri kian mengendur.
Ia berpendapat bahwa persoalan pelik di Indonesia saat ini, termasuk kekerasan seksual dan bullying di pesantren, tidak terlepas dari berkurangnya aspek ruhaniyah. Jika defisit elemen ini dibiarkan, dampaknya akan merambah ke masyarakat luas.
Oleh karena itu, Gus Yahya mengajak elemen pesantren untuk bersama-sama menggali dan menemukan akar masalahnya. Beliau menduga kuat bahwa tarbiyah ruhaniyah merupakan pondasi yang paling kokoh, karena inilah yang akan mewariskan kekuatan rohani yang tidak akan goyah kepada santri.
Peran Pesantren dalam Membangun Peradaban
Lebih lanjut, Gus Yahya mengulas peran pesantren dalam peradaban. Ia menekankan bahwa pesantren adalah elemen inti dan batang tubuh dari peradaban Islam Nusantara. Peradaban Islam global sendiri pernah menjadi penyumbang terbesar pondasi peradaban modern, khususnya pada era Abbasiyah melalui adopsi warisan intelektual Yunani.
Gus Yahya menjelaskan bahwa peradaban bersifat dinamis, dengan energinya yang berpindah-pindah antar bangsa dan wilayah sepanjang sejarah. Dunia saat ini menghadapi gejolak dan tantangan peradaban yang kompleks, yang menuntut pemahaman mendalam dan strategi untuk bertahan serta membangun.
Pendirian Nahdlatul Ulama (NU), menurut Gus Yahya, dapat diinterpretasikan sebagai inisiatif untuk merintis peradaban Islam baru pasca runtuhnya peradaban lama (Turki Utsmani). Karenanya, Ma’had Aly Lirboyo diharapkan dapat mengembangkan riset untuk memahami keputusan dan nalar para kiai terdahulu dalam konteks syariat dan ilmu pesantren, sebagai dasar untuk membangun peradaban masa depan.
Dalam menyikapi westernisasi, Gus Yahya menekankan pentingnya tidak menolak mentah-mentah semua yang berasal dari Barat, melainkan bersikap selektif dan kritis dengan berpegang teguh pada ajaran sendiri.
Sebagai penutup kuliah umum, pengasuh Lembaga Pendidikan Islam Roudhatut Thalibin, Rembang itu mengingatkan akan bonus demografi yang akan dihadapi Indonesia.
Ia berpesan agar para mahasantri memaksimalkan potensi dan melakukan kegiatan produktif, terutama dengan tekun belajar, sebagai modal penting dalam membangun peradaban.
Acara ditutup dengan pembacaan doa oleh KH. Athoillah Sholahuddin Anwar, selaku Mudir ‘Am Ma’had Aly Lirboyo. Kemudian, Mudir Ma’had Aly secara simbolis menyerahkan cendera mata.

Raden Muhammad Rifqi
18 Jun 2025
Kuliah Takhassus bertujuan untuk menunjang kreativitas dan keilmuan mahasantri
Ma'had Aly Lirboyo
18 Mar 2025
Kegiatan Safari Ramadhan merupakan wujud pengabdian yang luar biasa dari mahasantri Ma’had Aly Lirboyo dalam rangka menyebarkan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin
30 Jul 2025 14 views
Ada tiga metode utama yang digunakan oleh para ulama hadis, dengan karakteristik dan tujuan berbeda. Berikut penjelasannya
30 Jul 2025 26 views
Buku ini menjawab kesalahpahaman umum tentang ijtihad untuk masalah-masalah kebangsaan aktual
26 Jul 2025 66 views
LBM P2L Menyelenggarakan Kuliah Ushul Fikih bersama KH. Muhibbul Amman Aly

Comments are not available at the moment.